Inilah yang terjadi ketika kita menunda-nunda.
Apa Itu Menunda-Nunda?
Menunda-nunda, atau dalam istilah kerennya procrastination, adalah kebiasaan menghindari tugas atau pekerjaan penting dengan menggantinya dengan aktivitas yang kurang penting atau bahkan tidak berguna sama sekali. Contoh paling umum? Scroll media sosial padahal tugas belum selesai. Menonton satu episode drama Korea, padahal laporan kerja masih kosong. Atau bahkan sekadar tidur siang karena "otak lagi nggak nyala", padahal deadline mepet.
Terdengar familiar?
Semua orang pasti pernah melakukannya. Tapi jika kebiasaan ini terus dibiarkan, maka dampaknya bukan cuma ke pekerjaan yang tertunda. Yang lebih serius, kita akan tertahan dalam hidup — stagnan, tidak berkembang, dan pelan-pelan... tertinggal.
Kenapa Kita Suka Menunda?
Menunda bukan berarti malas. Banyak orang yang tampak aktif dan produktif dalam hal-hal lain, tapi tetap menunda tugas-tugas tertentu. Menunda lebih berkaitan dengan emosi dan cara otak kita mengelola rasa tidak nyaman.
Beberapa alasan umum kenapa kita menunda-nunda:
-
Takut gagalKita menunda karena takut hasilnya tidak sempurna. Jadi daripada kecewa, lebih baik "belum mulai".
-
PerfeksionisIronis, tapi benar. Orang perfeksionis sering justru menunda karena merasa belum cukup siap.
-
Kurang motivasiKalau tugasnya membosankan atau tidak terasa mendesak, otak akan mencari hal yang lebih menyenangkan.
-
Kecanduan kenyamananDuduk nonton video lucu lebih nyaman daripada menyusun proposal. Otak suka zona nyaman.
Dampak dari Menunda-Nunda
Menunda tugas mungkin terasa tidak berbahaya dalam jangka pendek. Tapi jika dijadikan kebiasaan, dampaknya sangat besar. Beberapa di antaranya:
1. Kehilangan Peluang
Peluang tidak datang dua kali. Ketika kita menunda untuk mendaftar beasiswa, lowongan kerja, atau proyek bisnis, bisa jadi saat kita siap, kesempatan itu sudah diambil orang lain.
Bayangkan seseorang menunda ikut pelatihan digital marketing. Saat ia baru mau daftar bulan depan, temannya yang sudah ikut pelatihan itu sekarang sudah bekerja freelance dan punya klien tetap. Kamu hanya bisa melihat dan berkata, “Coba dulu aku cepat bertindak…”
2. Tertinggal dalam Persaingan
Dalam dunia kerja atau pendidikan, mereka yang bergerak cepat dan konsisten akan selalu berada di depan. Bukan karena mereka lebih pintar, tapi karena mereka tidak menunda. Mereka menyelesaikan lebih banyak, mencoba lebih banyak, dan belajar lebih banyak.
Sedangkan yang suka menunda? Baru menyelesaikan satu tugas, teman lain sudah menyelesaikan lima.
3. Stres dan Penyesalan
Lucunya, menunda tidak membuat kita lebih rileks. Justru sebaliknya. Saat deadline makin dekat, kita makin panik. Akhirnya kita menyelesaikan tugas dalam tekanan tinggi, dengan hasil seadanya, dan itu membuat kita kecewa dan merasa bersalah. Lalu kita menyesal, “Harusnya dari kemarin sudah kukerjakan…”
Siklus ini terus berulang.
Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Menunda?
Tenang, kabar baiknya: kebiasaan menunda bisa diatasi. Tapi tidak dengan teori rumit. Yang dibutuhkan adalah kesadaran, keberanian, dan aksi nyata.
1. Sadar Diri
Langkah pertama adalah menyadari kapan kita mulai menunda. Tanyakan pada diri sendiri:
“Apakah ini benar-benar penting?”“Kenapa aku belum mulai mengerjakannya?”“Apa aku menunggu waktu yang sempurna? Atau aku cuma takut?”
Semakin cepat kita menyadari alasan kita menunda, semakin cepat kita bisa mengambil tindakan.
2. Mulai dari Hal Kecil
Kadang kita menunda karena tugas terasa besar dan berat. Pecah tugas itu jadi bagian kecil. Misalnya, menulis skripsi bisa dimulai dari membuat daftar isi, lalu mencari literatur, lalu menulis latar belakang. Jangan menunggu sampai mood datang, karena aksi kecil akan menumbuhkan semangat.
3. Gunakan Metode 5 Menit
Metode ini sangat sederhana: kerjakan tugas selama 5 menit saja. Setelah itu kamu boleh berhenti kalau mau.
Ajaibnya, setelah mulai, kita biasanya tidak ingin berhenti. Karena ternyata, memulai adalah bagian tersulit. Setelah itu, semuanya mengalir.
4. Buat Deadline Sendiri
Kalau tugasnya belum mendesak, kita cenderung menundanya. Buat batas waktu sendiri, dan beri hukuman atau hadiah kecil untuk diri sendiri. Contohnya:
“Kalau aku selesai sebelum jam 8 malam, aku boleh nonton film.”“Kalau lewat jam 8, aku nggak buka TikTok hari ini.”
Cara ini melatih otak untuk menghargai waktu dan komitmen.
5. Jaga Lingkungan Fokus
Lingkungan berpengaruh besar. Kalau kamu belajar di dekat TV, kamu tergoda nonton. Kalau kamu kerja di dekat ponsel, kamu tergoda scroll. Singkirkan hal-hal yang mengganggu, dan buat zona fokus.
Hidup Terus Bergerak — Kamu Mau Diam?
Waktu terus berjalan. Dunia terus berubah. Orang-orang terus tumbuh, belajar, berlari. Jika kamu tetap diam karena menunda, maka kamu akan tertinggal.
Tertinggal bukan hanya soal karier. Tapi soal pengembangan diri. Tentang impian yang tak pernah dicapai. Tentang potensi yang tak pernah dibangkitkan. Tentang versi terbaik dirimu yang tidak pernah muncul ke permukaan karena kamu terlalu lama menunggu waktu yang “sempurna”.
Penutup: Jangan Tunggu Esok Jika Bisa Hari Ini
Menunda bukan hanya masalah manajemen waktu. Ini soal keputusan hidup. Setiap kali kamu menunda, kamu sedang memutuskan untuk stagnan. Tapi setiap kali kamu bertindak, sekecil apa pun itu, kamu sedang melangkah ke depan.
Jangan tunggu motivasi, jangan tunggu suasana hati baik, jangan tunggu semua kondisi ideal.
Karena dalam hidup, yang bergerak duluanlah yang sampai lebih cepat.
“Jika kamu menunda-nunda, maka kamu akan tertinggal.Tapi jika kamu berani melangkah sekarang, kamu akan mengejutkan dirimu sendiri.”
Jadi, apa yang akan kamu kerjakan hari ini?
Jika kamu ingin artikel ini dalam format PDF atau disertai gambar ilustrasi, beri tahu saja ya!